MATARAM – Sukses World Superbike (WSBK) dan MotoGP Mandalika menunjukan NTB bukan saja sebuah destinasi pariwisata, tetapi perpaduan pariwisata dan olahraga atau sport tourism.
Ke depan potensi sport tourism ini harus bisa dikembangkan. Sehingga, multiplier effect bisa dirasakan lebih maksimal bagi masyarakat.
“Jadi, pasca WSBK dan MotoGP kemarin, NTB ini sudah makin mantap di mata dunia sebagai destinasi sport tourism. Ini yang harus dikembangkan ke depan,” kata aktivis kepemudaan NTB, Iskandar.
Di sektor kepariwisataan, Iskandar menilai, event WSBK dan MotoGP yang digelar di Mandalika, Lombok Tengah, sudah mampu mempromosikan NTB dengan sangat masif dan optimal.
Sehingga kinerja stakeholders kepariwisataan, terutama Dinas Pariwisata dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) bisa lebih mudah, karena terbantu dengan dua event interasional itu.
Iskandar menekankan, di sinilah dibutuhkan inovasi dan kreativitas Dispar dan BPPD untuk bisa lebih mengeksplore destinasi penyangga Mandalika, dan juga mendorong terbentuknya destinasi-destinasi buatan untuk sport tourism.
“Promosi sudah maksimal dan terangkat jauh pasca MotoGP kemarin. Jadi, harusnya Dispar dan BPPD bisa lebih inovatif lagi,” kata Nando, sapaan akrab Iskandar.
Nando mengkritisi kinerja Dispar NTB dibawah kepemimpinan Kadispar, Yusron Hadi, saat ini. Ia menilai Kadispar Yusron belum mampu berkomunikasi dengan baik dan merangkul seluruh stakeholders kepariwisataan.
Apalagi, saat beredar “curhat” Dispar terkait pendanaan yang kurang dalam gelaran event Pesona Khazanah Ramadhan tahun 2022 ini.
“Ini kan lucu, kok Dispar minta dana ke perbankan untuk Khazanah Ramadhan. Harusnya Dispar ini buat saja event dan kegiatan dengan dana yang dimiliki dulu, setelah itu kemudian koordinasi dengan stakeholders kepariwisataan yang ada, seperti hotel dan travel agent, serta sponsorship lainnya untuk mendukung,” tegasnya.
Ia menyarankan agar Kadispar Yusron Hadi banyak belajar ke mantan Kadispar Lalu Moh Faozal yang kini menjabat Kadishub NTB.
Menurut dia, kinerja Faozal saat menjabat Kadispar NTB cukup fenomenal. Meski banyak kebijakannya yang menuai pro dan kontra, namun Faozal dengan kreativitas dan inovasinya mampu membawa pariwisata NTB bersaing.
“Yusron harus banyak belajar dari Faozal. Dispar di zaman Faozal kan bergeliat dan banyak event-event yang terekspose secara nasional mempromosikan Lombok dan Sumbawa,” katanya.
Menurutnya, minat wisatawan domestik dan mancanegara, dipastikan akan meningkat tajam beberapa waktu ke depan. Apalagi setelah masa pendemi ini sudah berlalu nantinya.
“Moment ini harus ditangkap dengan baik. Dispar perlu belajar agar lebih kreatif dan inovatif,” katanya.
*Bangun Stadiun Internasional*
Menangkap potensi sport tourism, Nando menilai NTB sudah saatnya membangun stadiun bertaraf internasional.
Selain sebagai pelengkap fasilitas sport tourism, keberadaan stadiun ini juga strategis untuk mengangkat prestasi olahraga sekaligus menunjukan kesiapan NTB menyambut PON tahun 2028 mendatang.
Ia menyingung pembangunan sirkuit MotoCross di Lomboh Tengah yang dinilai hanya akan menjadi mubazir. Sebab, fokus yang sama pada event balap motor, sementara di Lombok Tengah sudah ada Sirkuit Mandalika milik pengelola KEK Mandalika, ITDC.
“Sirkuit motocross akan mubazir. Kenapa Lombok Tengah tidak melanjutkan rencananya dulu untuk membangun stadiun bertaraf internasional saja?,” ujarnya.
Ia mencontohkan, bagaimana Jakarta International Stadium (JIS) yang saat ini sudah bisa menyumbang pendapatan daerah cukup besar bagi Jakarta.
Jika NTB juga punya stadiun seperti itu, Nandi meyakini, angka kunjungan wisatawan domestik juga akan meningkat.
“Bayangkan kalau seri liga sepakbola digelar di NTB. Berapa banyak suporter dan penggila bola yang akan berkunjung ke NTB ini. Di sini Dinas Pemuda dan Olahraga harus keratif juga menjemput bola. Potensi sudah ada,” katanya. |lm01