MATARAM – Kisruh Marshal untuk gelaran Asia Talent yang akan lanjut ke WSBK memakan korban dengan dipecatnya Dyan Dilato dari MGPA. Komentarnya yang menyebut marshal dari unsur lokal sebagai “ndeso” di anggap telah menyakiti perasaan warga NTB.
Terkait hal tersebut Direktur Public Institute NTB, Ahmad SH, yang dihubungi melalui pesan singkat 16/11/21, memberi penilaian tegas bahwa keadaan sekarang adalah tumpahan sendimen masalah yang tidak diselesaikan dengan baik. Proses berjalan tetapi selalu menemui kendala, bahkan itu secara tekhnis. Mulai dari tahapan pembangunan sampai rekrutmen tenaga teknis. Sibuk aspal sirkuit, lupa pada pembangunan manusia di sekitarnya.
Namun terlepas dari itu, pria yang akrab di sapa Memed ini juga menekankan jika semua harus rendah hati menerima kritik, perbaiki keadaan dengan cepat, para pemimpin daerah ini harus segera duduk bersama untuk merumuskan keadaan.
“Termasuk pihak penyelenggara. Mereka juga harus melakukan evaluasi ke dalam dan meningkatkan disiplin kerja mereka, bukannya menyalahkan tenaga teknis yang sudah di rekrut. Itu menunjukkan rendahnya tingkat profesionalisme dalam bekerja. Jadi jangan cuma menyalahkan SDM yang mereka rekrut, evaluasi internal juga bahwa mereka sudah melaksanakan proses pelatihan dan sebagainya dengan benar belum?” ketus pria yang terkenal lantang ini.
Lebih lanjut, Ahmad mewanti-wanti jika siapapun di ITDC dan MGPA yang mengatakan bahwa SDM di NTB rendah, apalagi itu orang “luar” dan kekotaan, harusnya berfikir yang komprehensif, jangan atas nama bisnis yang menguntungkan segelintir orang terus semaunya “acak-acak” kawasan, mulai dari urusan Marshal sampai pembatalan race. Sudah terlalu banyak biaya dan tenaga yang terbuang hanya untuk mensukseskan Mandalika. Dan itu adalah wajah Indonesia dan wajah presiden.
“Semua harus ingat, jangan sampai kita kena kutuk tanah ini, ingat kenapa ada kalimat para tetua “Lombok Mirah Sasak Adi” karena tanah Lombok ini tanah bertuah, tanah azimat, jangan sampai “tular manoh” atau kualat nanti kita semua gara-gara sikap dan ucapan yang seenaknya, ini tanah legenda bung! Jangan sompral,” tutup Ahmad dengan kesal.