Malang, JATIM – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia (Polhukam), Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P angkat bicara terkait kerusuhan pasca pertandingan sepak bola antara Arema FC (Malang) melawan Persebaya (Surabaya) di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu 1 Oktober 2022.
Mahfud MD mengatakan bahwa dirinya mendapat informasi terkait kerusuhan pasca pertandingan sepak bola antara Arema vs Persebaya itu langsung dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri).
“Saya Sudah dapat informasi dari Kapolri, Jenderal Listiyo Sigit.” ujar Mahfud MD dikutip dari laman IG @mohmahfudmd, Minggu 2 Oktober 2022.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, dirinya pun kemudian berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur (Jatim), Irjen Nico Afinta.
“Pemerintah menyesalkan atas kerusuhan di Kanjuruhan, Pemerintah akan menangani tragedi ini dengan baik,” ucapnya.
Mahfud MD ucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap keluarga para korban, dan berharap keluarga korban untuk intens berkoordinasi dengan aparat dan pemerintahan terkait hal tersebut.
“Kepada keluarga korban, kami menyampaikan belasungkawa. Kami juga berharap agar keluarga korban bersabar dan terus berkoordinasi dengan aparat dan petugas pemerintah dilapangan.” tutur Mahfud MD.
“Pemda Kabupaten Malang akan menanggung biaya rumah sakit bagi para korban,” tambah Menkopolhukam itu.
Sebenarnya, kata Mahfud MD, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis dilapangan.
Misalnya, pertandingan agar dilaksanakan pada sore hari dan bukan malam hari. Kemudian, jumlah penonton agar disesuaikan dengan kapasitas stadion yakni 38.000 orang.
“Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia pelaksana yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilakukan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000.” sesalnya.
Mahfud MD yang juga Ketua Kompolnas itu menegaskan bahwa tragedi kerusuhan di stadion Kanjuruhan itu bukan bentrok antar supporter Persebaya dengan Arema.
Sebab, pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh menyaksikan pertandingan antara Arema melawan Persebaya didalam stadion Kanjuruhan.
“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar supporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu supporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Supporter dilapangan hanya dari pihak Arema,” sebutnya.
Oleh sebab itu, menurut Ketua Kompolnas itu, para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas.
“Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar supporter,” jelasnya.
Disisi lain, Mahfud memandang bahwa pihak pemerintahan sudah melakukan yang terbaik untuk perbaikan pelaksanaan pertandingan sepak bola di Indonesia.
“Pemerintah telah melakukan perbaikan pelaksanaan pertandingan sepak bola dari ke waktu dan terus akan diperbaiki. Tetapi olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat luas ini kerap kali memancing para supporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba,” pungkas Mahfud.