LOMBOK TENGAH – Pengerjaan lajur utama proyek jalan by-pass BIL – Mandalika telah hampir rampung dan kini menjadi ikon baru kemajuan pembangunan infrastruktur di wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Masyarakat umum pun mengekspresikan euforia dalam berbagai bentuk. Ada yang live saat test drive, ada yang bikin video TikTok, hingga syuting video klip. Namun bagi masyarakat Dusun Bajak, Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, euforia itu ternyata tidak bertahan lama, karena saat memasuki musim hujan, ternyata dampak pembangunan jalan ini berbalik menjadi bencana.
Salimudin melalui pers rilisnya Jumat 12/11/21 , salah seorang tokoh pemuda Desa Sukadana sekaligus Koordinator Subdivisi Pengabdian Masyarakat Solidaritas Warga Inter Mandalika (SWIM) di Dusun Bajak, jalan desa yang melintas di bawah underpass Bajak saat ini sangat berbahaya untuk dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Bagian bawah underpass juga digenangi air berlumpur yang cukup tebal sehingga berbahaya dan sangat menghambat aktivitas warga.
Dalam video pendek yang dikirim Salimudin terlihat bagaimana warga harus menuntun sepeda motornya melewati jalan berlumpur dengan kedalaman hampir setengah roda di lajur entry menuju lajur utama bypass di underpass Bajak.
“Jalan desa ini merupakan satu-satunya akses kami dalam beraktivitas sehari-hari dari generasi ke generasi. Dengan adanya pembangunan jalan bypass ini kami berharap akan ada dampak ikutan berupa perbaikan terhadap jalan di dusun kami. Namun kenyataannya malah sebaliknya, pembangunan ini justru malah mengubah ruas jalan di dusun kami menjadi kubangan dan kami terjebak di dalamnya” ujarnya.
Situasi buruk saat ini yang merupakan dampak dari proyek pembangunan jalan bypass, menurut tokoh pemuda ini, sangat bertentangan dengan tujuan utama pembangunan infrastruktur yaitu untuk menciptakan kemudahan dan kecepatan dalam lalu lintas manusia dan barang.
“Kami paham bahwa pembangunan jalan bypass ini bertujuan kemudahan dan kemajuan ekonomi dan kami sangat mendukung tujuan itu. Tapi jangan sampai kemudahan dan kemajuan itu hanya dinikmati oleh sebagian pihak dengan mengorbankan kemudahan dan kemajuan kami sebagai masyarakat tempatan. Kami masyarakat tempatan secara tidak langsung sudah cukup banyak berkorban sejak awal proses pembangunan. Kami sudah cukup lama terganggu dengan kebisingan dan debu. Bahkan sampai ada insiden kecelakaan yang melibatkan pihak pelaksana proyek yang menyebabkan korban materi dan cacat. Setelah proyek ini selesai mereka merayakannya dengan caranya masing masing sementara di sini kami terbenam lumpur. Ini sangat mengusik rasa keadilan kami” lanjutnya.
Salimudin berharap agar pihak-pihak terkait seperti pemerintah dan pengembang harus bertanggungjawab untuk mengatasi situasi darurat ini dengan sangat segera,menurutnya keadaan ini sangat mengganggu bahkan bisa menghentikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat sehari-hari seperti bekerja dan beribadah. Pelayanan publik pemerintah seperti pendidikan dan pelayanan kesehatan juga bisa terganggu.
“Ini baru awal musim hujan dan keadaannya sudah parah, terkait lainnya jika tidak segera tanggap atas situasi darurat ini, maka tidak menutup kemungkinan keadaan ini akan berkembang menjadi krisis yang lebih luas. dan pihak terkait untuk menanggapinya karena keadaannya sudah parah, jadi sekali lagi mohon menanggapinya dengan sangat segera” pungkas Salimudin.